Selasa, 20 Juli 2010

Dari Hati

( Ini sebenarnya pengalaman pribadi ku. Aku coba angkat dalam sebuah cerita pendek. Comment cerita ku ini ya.)


Pagi itu aku dibangunkan oleh kerasnya suara motor yang berseliweran di depan rumah kontrakanku. Disambut teriakan " Selamat Pagi " dari seorang gadis manis, yang entah ada gerangan apa, hadir pagi ini dengan tiba-tiba di kontrakanku ini.

Secangkir Vanilla Late dan rokok menemani obrolanku ku pagi itu dengannya. Sebut saja namanya Winda. Hitam manis, imut, lucu dan sedikit menggoda dengan matanya yang, hmm, oke deh pokoknya.

" Ada apa nih , kok pagi-pagi gini datang kemari ? ", tanyaku memulai obrolan. " Aku lagi sedih nih ", jawabnya. Dan diikuti curhat tentang pacarnya, Togar yang juga temanku. " Oke deh, ntar aku bantuin ", ucapku menutup obrolan dengannya pagi itu.

Malamnya, setelah mematikan tv dan beranjak untuk tidur, tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan kontrakanku. Ternyata si Togar. " Malam begini, ada apa gar ? " begitu tanyaku sambil membukakan pintu. Tanpa menjawab, ia langsung aja merebahkan diri di kamarku. " Aku lagi bingung nih bro ", ucapnya. " Kenapa ? " tanyaku kemudian. Dan mengalirlah cerita pertengkaran antara dia dan Winda. Dalam hati aku berkata, " Gila, kenapa mereka berdua sama-sama curhat ke aku ya ".

Bantuan dan solusi pun aku berikan pada mereka. Hubungan mereka mulai membaik. Tapi itu nggak berlangsung lama. Pertengkaran demi pertengkaran pun terjadi lagi. Dan puncaknya malam ini. Ketika malam Inaugurasi di kampus kami. Aku melihat mereka bertengkar hebat, sampai tiba-tiba Winda menangis dan berlari menembus gelapnya malam. " Gila, batinku dalam hati, mau kemana tuh cewek malam-malam begini. " Spontan, aku menghidupkan motor dan menyusulnya. "

" Winda, berhenti ", teriak ku setelah berhasil menyusulnya. " Kamu mau kemana, malam-malam begini, sambil nangis gitu lagi, ntar kalau ada apa-apa, gimana, ucapku ". Tanpa menjawab, ia lalu menatap ke arahku. Tampak derai air matanya membasahi pipinya dan ia kelihatan sedih sekali. Entah kenapa, aku merasa nggak tega melihatnya. Seperti ada yang mendorongku, akhirnya aku memberanikan diri untuk mendekapnya erat kedalam pelukanku. Dan membelai rambutnya berharap dapat menenangkan perasaannya. Sebersit rasa hadir di hatiku. Akhirnya malam itu kita berdua, duduk di tepi jalan depan kampus. Bercerita banyak hal, sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengantarnya pulang.

Seminggu berlalu sejak kejadian malam itu. Aku nggak pernah ketemu dengan mereka berdua selama seminggu ini. Namun sore ini, ketika aku lagi nongkrong di kampus, aku melihat mereka jalan berdua di seberang kantin. Entah kenapa perasaanku bergejolak, aku merasa nggak rela melihat Winda jalan lagi sama Togar. " Akh, gila. Masa' sih aku suka sama pacarnya temanku sendiri. Pagar makan tanaman tuh namanya, ucapku dalam hati, berusaha untuk mengatasi perasaanku sendiri. Dan aku akhirnya memilih untuk tidak terlalu menghiraukan perasaan itu.

Beberapa bulan berlalu. Kita bertiga masih berteman, masih sering ketemu, karena kita satu UKM. Namun aku mencoba menjaga jarak dengan mereka berdua. Aku melakukannya karena nggak ingin perasaanku pada Winda semakin menjadi-jadi. Tapi akhir-akhir ini aku nggak tahu kenapa, aku jadi selalu memikirkan dan mengkhawatirkan Winda. Dan ajaibnya, nggak disangka-sangka ia menelponku. Jalan bareng, makan bareng, bantuin dia pindah rumah sampai bantuin dia pas syukuran rumahnya pun, membuat kita punya banyak waktu bersama.

Perasaan itu muncul lagi. Dan semakin kuat. Tapi situasinya menjadi rumit. Sepertinya selain Togar ada cowok lain yang berada di dekat Winda. Riza namanya, teman satu kkn nya Winda. Aku dikenalkan ketika syukuran rumahnya Winda. Dari sorot matanya, aku tahu cowok ini berusaha mendekati Winda. " Damn ", aku bingung sendiri. Hubungan Winda dengan Togar, gimana ya ?. Dan aku sendiri ada dimana ?. Ada nggak sih kesempatanku untuk bisa bersamanya.

Tapi lagi-lagi perasaan ini kutahan. Mengutarakannya, sama saja aku merusak pertemanan dengan Togar, karena yang kutahu mereka belum putus. Tapi kalau nggak kuutarakan, ada Riza disana yang mendekatinya juga. Aku nggak rela akan hal itu. " Oh God, please help me ". Aku bingung banget. Bodohnya lagi aku nggak tahu harus bagaimana. Semakin kutahan perasaan ini, semakin campur aduk yang kurasakan.

Andai saja Winda tahu, bahwa aku ada disini, selalu memberikan waktu untuknya, berusaha selalu ada untuknya, berusaha melakukan apapun agar ia selalu tersenyum dan tertawa riang, serta menjauhkan kesedihan dari wajah cantiknya. Aku ingin ia bahagia..

Seperti malam ini, ketika aku menulis cerpen ini, sayup alunan lagu miliknya ClubEighteis, meningkahi perasaanku yang ingin bersamanya dan tulus mencintainya " Dari Hati "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar